Kedudukan wanita dalam islam cukup mulia. Bahkan terdapat hadits yang mengatakan bahwa sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah. Namun, wanita juga bisa menjadi fitnah yang besar, sesuai dengan hadits berikut:
Tidak pernah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada fitnah para wanita. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Mengapa wanita bisa menjadi fitnah bagi kaum Adam?
“Wanita adalah aurat, jika ia keluar maka syaitan memandangnya” (HR At-Thirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Maksud dari hadits di atas adalah, berkata Al-Mubarokfuuri, “Yaitu syaitan menghiasi wanita pada pandangan para lelaki, dan dikatakan (juga) maksudnya adalah syaitan melihat wanita untuk menyesatkannya dan (kemudian) menyesatkan para lelaki dengan memanfaatkan wanita tersebut …”(Tuhfatul Ahwadzi 4/283)
Berkata Al-‘Ala’ bin Ziyad, “Janganlah engkau mengikutkan pandanganmu pada pakaian seorangwanita. Sesungguhnya pandangan menimbulkan syahwat dalam hati”
Sahabat, syaitan memang tak henti-hentinya menggoda manusia untuk terjerumus dalam kesesatan dan menjauhi perintah Allah. Bahkan hanya dengan memandang pakaian wanita pun hal tersebut bisa menjadi salah satu cara bagi syaitan untuk menjerumuskan manusia menuju maksiat. Maka, menjaga pandangan inilah yang bisa menjadi salah satu upaya untuk menghindari fitnah ini. Sesuai dengan firman Allah:
Ibnul Qoyyim berkata, “Kebanyakannya maksiat itu masuk kepada seorang hamba melalui empat pintu, yang keempat pintu tersebut adalah kilasan pandangan, betikan di benak hati, ucapan, dan tindakan”
Tidak hanya laki-laki, wanita pun diperintahkan oleh Allah untuk menjaga pandangannya, sesuai dengan firman Allah yang artinya:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,”(QS. An Nuur: 30-31)
Dari ayat di atas, kita tahu bahwa Allah memerintahkan untuk menjaga pandangan ini kepada manusia baik laki-laki maupun wanita. Di zaman sekarang, hal ini memang cukup sulit untuk diamalkan tidak seperti zaman dahulu mengingat saat ini musuh Islam telah berhasil menyebarkan sarana untuk merusak akhlak kaum muslimin bahkan sampai ke dalam rumahnya. Meskipun ketika kita sedang dalam keadaan sendiri, godaan tersebut tetap saja ada. Diantaranya melalui tayangan televisi, kemudahan berkomunikasi, beberapa sosial media, dan yang lainnya yang mungkin bisa menjadi pintu syaitan bagi kita untuk melakukan maksiat. Maka dari itu, menjaga pandangan saat ini memang cukup sulit bagi mereka yang tetap ingin menjalankan sunah Rasulullah. Sebagai balasannya, Allah pun akan memberikan balasan sesuai dengan pengorbanan yang diberikan,
“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah kecuali Allah akan menggantikan bagi engkau yang lebih baik darinya” (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Namun ada kalanya kita tidak sengaja ketika kita menatap yang diharamkan oleh Allah. Hal tersebut tidak apa-apa karena tidak sengaja asalkan tidak diikuti oleh pandangan yang berikutnya, namun alangkah baiknya jika kita mencegahnya dengan menundukan pandangan, sesuai dengan sabda Rasulullah:
Dari Buraidah, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Ali radliyallahu ‘anhu,
“Wahai Ali janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir (pandangan yang kedua)” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Ketika mendengar perintah ini, mungkin ada banyak respon yang diberikan. Jika kita merasa bahwa mungkin kita telah mempraktekan amalan ini, tetapi berhati-hatilah dengan peringatan Allah mengenai pandangan mata yang berkhianat.
Berkata Syaikh Muhammad Amin, “Dengan demikian engkau mengetahui bahwasanya firman Allah (Dia mengetahui pandangan mata yang berhianat, QS 40 ayat 19) merupakan ancaman terhadap orang yang berkhianat dengan pandangannya yaitu dengan memandang kepada perkara-perkara yang tidak halal baginya” (Dzammul Hawa hal 65)
Berkata Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini, “Seorang pria berada bersama sekelompok orang. Kemudian lewatlah seorang wanita maka pria tersebut menampakkan kepada orang-orang yang sedang bersamanya bahwa dia menundukkan pandangannya, namun jika dia melihat mereka lalai darinya maka diapun memandang kepada wanita yang lewat tersebut, dan jika dia takut ketahuan maka diapun kembali menundukkan pandangannya. Dan Allah telah mengetahui isi hatinya bahwa dia ingin melihat aurat wanita tersebut.”
Bicara tentang menjaga pandangan, bukan berarti kita menjaganya untuk dilihat orang. Hal ini kembali kepada niat kita untuk ikhlas atau mengharap ridha Allah. Dalam beramal memang hal ini menjadi salah satu kunci diterimanya suatu amalan. Jadi niatkanlah kita melakukan amalan ini untuk mendapatkan cinta-Nya, serta terhindar dari fitnah wanita.
Berdasarkan tulisan di atas kita tahu betapa sulitnya menjaga pandangan di zaman ini, maka dari itu Allah pun memerintahkan manusia untuk bertaubat agar mendapatkan ampunanNya setelah kita berikhtiar untuk menjaga pandangan. Hal ini sesuai dengan firman Allah diakhir ayat,
Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman semoga kalian beruntung. (An-Nuur 31)
Faedah Menjaga Pandangan
Diantara beberapa hikmah dari menjaga pandangan adalah:
1. Surga Allah
Abu Umamah berkata,”Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian.” (HR.Ath-Thabrani dan Ibnu ‘Adi dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
2. Merasakan manisnya iman
Dengan menjaga pandangan berarti kita melaksanakan perintah Allah dengan meninggalkan sesuatu yang diharamkan meskipun sulit dan mengharap ridha Allah. Bukankah ketika ada seorang muslim yang mendekat kepada Allah maka Allah akan lebih mendekat padanya? Hatinya pun akan dipenuhi dengan keindahan mengingat Allah, merasakan manisnya iman.
“Barangsiapa bersandar kepada Allah maka Allah akan mencukupinya” (Ath Thalaq:3)
3. Membuat hati bercahaya dan melahirkan firasat yang benar
Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan,
“Rahasia dari hal ini adalah bahwa balasan dari suatu amal adalah sesuai dengan amalan yang dikerjakan. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya dari melihat yang haram maka Allah akan gantikan dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka sebagaimana ia menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan maka demikian jugalah Allah akan penuhi hati dan pandangan orang tersebut dengan cahayaNya sehingga dia akan dapat melihat (dengan hatinya yang telah dipenuhi cahaya) apa yang tidak terlihat oleh orang yang tidak menundukkan pandangannya dari hal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan”.
4. Menguatkan akal dan daya fikir serta menambahnya dan menegarkannya karena mengumbar pandangan tidaklah terjadi kecuali karena sempitnya dan ketidakstabilan daya pikir dengan tanpa memperhitungkan akibat-akibat buruk yang akan timbul.
Sahabat Mata’, setelah kita tahu bagaimana perintah Allah mengenai menjaga pandangan serta faedah yang didapat, alangkah baiknya kita mengamalkan hal ini. Ketika godaan untuk mengumbar pandangan itu datang, ingatlah ada Allah yang Maha Melihat, malaikat di samping kita yang mencatat amalan kita, serta bumi dan mata ini yang menjadi saksi akan perbuatan kita di akhirat kelak. Ingat pula akan kebaikan yang didapat dari menjaga pandangan karena Allah, Allah pun akan menggantikan keengganan kita untuk memandang yang diharamkan ini dengan yang lebih baik, hati yang dipenuhi cahaya Allah. Sungguh indah balasan yang diberikan Allah ini.
Wallahu a’lam.
sumber :
http://matasalman.com/kemuliaan-menjaga-pandangan/